Ajaran Sesat Salamullah

Habib Aldjufri Minta Pemerintah Awasi Ajaran Lia Aminuddin

Palu, 3 Mei 2001 20:19
KETUA Utama PB Alkhairaat, KH Sagaaf Aldjufri MA, meminta pemerintah mengawasi secara ketat ajaran Salamullah yang mulai dikembangkan di Jakarta oleh tokoh spritual Lia Aminuddin. "Sebagian syariat yang kembangkannya sudah melenceng dari ajaran Islam," kata Habib keturunan ke-36 dari Nabi Muhammad SAW tersebut.

"Pemerintah harusnya tidak mengabaikan permintaan ini, sebab Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa untuk itu," katanya di Palu, siang ini. Menurut ulama kharismatik Sulawesi Tengah ini, beberapa ajaran Salamullah, seperti membabat habis rambut di seluruh anggota badan wanita dengan cara membakar, sama sekali tidak ada nasnya dalam Al-Qur'an dan Hadits.

Selain itu dalam sejarah Islam, para wanita di zaman Rasullullah Muhammad SAW tidak pernah melakukan hal serupa. "Cara-cara (membakar rambut) seperti itu merupakan pelanggaran atas kodrat ciptaan Allah SWT, bahkan menjurus kepada unsur penganiayaan diri yang dapat membahayakan kesehatan seseorang," ujarnya.

Ia mencontohkan pembabatan rambut di kening dan di kelopak mata dengan cara menyiramkan spirtus kemudian membakarnya, itu sangat membahayakan pancaindera seseorang, dan aqidah Islam sama sekali tidak mentolerirnya.

Menurut ketentuan dalam Al-Qur'an dan Hadits, katanya, jika seorang muslim merasa dirinya telah berbuat dosa, maka seharusnya yang bersangkutan berdo'a meminta ampun kepada Allah SWT dan bertobat tidak akan mengulangi perbuatannya.

"Bukan dengan cara menyiksa anggota badan," tuturnya, sambil menambahkan pengawasan terhadap ajaran Salamullah itu dimaksudkan agar tidak muncul korban baru.

Ketua MUI Sulteng itu juga mengatakan, pengakuan penganjur ajaran Salamullah, Lia Aminuddin, bahwa dirinya sebagai penerima wahyu melalui malaikat Jibril --sebagaimana diterangkan olah para pengikutnya--adalah bohong belaka.

Jumhur ulama, katanya, mengakui bahwa malaikat Jibril itu turun ke dunia hanya semata-mata membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul, namun setelah Nabi Muhammad SAW wafat tidak ada lagi manusia lain yang menjadi Nabi atau Rasul.

"Masalah ini perlu saya tegaskan, agar Umat Islam tidak terjebak dalam ajaran atau aliran sesat yang memasuki era demokratisasi dewasa ini penyebarannya semakin bebas dan transparan," demikian Sagaaf Aldjufri.

Tidak ada komentar: